Selasa, 25 Mei 2010

Rumah Tradisional Indonesia

Rumah Gadang (Sumatera Barat)



Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adapt Minangkabau, provinsi Sumatera Barat.Rumah ini memiliki keunikan bentuk arsitektur yaitu dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang (anjung) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjuang pada keselarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan untuk golongan kesalarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarkies menggunakan anjuang yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara.


Rumoh Aceh (Aceh)


Rumah adat dari DI Aceh adalah Rumoh Aceh. Rumoh Aceh merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3 meter, terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat. Rumoh dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumoh dengan lima ruang memiliki 24 tiang. Sramoe reunyeun atau serambi bertangga adalah tempat masuk ke Rumoh yang selalu berada di sebelah timur. Pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan.

Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap daun rumbia, dan tidak menggunakan paku, Rumoh Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun. Selain sebagai manifestasi dari keyakinan masyarakat dan adaptasi terhadap lingkungannya, keberadaan Rumoh Aceh juga untuk menunjukan status sosial penghuninya. Semakin banyak hiasan pada Rumoh Aceh, maka pastilah penghuninya semakin kaya. Bagi keluarga yang tidak mempunyai kekayaan berlebih, maka cukup dengan hiasan yang relatif sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

Omo Sebua (Sumatera Utara)



Omo Sebua adalah jenis rumah adat atau rumah tradisional dari Pulau Nias, Sumatera Utara. Omo sebua adalah rumah yang khusus dibangun untuk kepala adat desa dengan tiang-tiang besar dari kayu besi dan atap yang tinggi. Omo sebua didesain secara khusus untuk melindungi penghuninya daripada serangan pada saat terjadinya perang suku pada zaman dahulu. Akses masuk ke rumah hanyalah tangga kecil yang dilengkapi pintu jebakan. Bentuk atap rumah yang sangat curam dapat mencapai tinggi 16 meter. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, omo sebua pun diketahui tahan terhadap goncangan gempa bumi.

Rumah Limas (Sumatera Selatan)



Rumah Limas, adalah salah satu dari rumah tradisional yang ditemukan di Kabupaten Rejang Lebong. Rumah dengan bentuk atap seperti limas ini ditemukan di desa Talang Ulu, Kesambe Baru, Dusun Curup dan Pasar Tengah. Rumah limas di Pasar Tengah Curup sekarang sudah tak tampak seperti rumah Limas lagi, yang terlihat hanya atapnya saja yang limas. Rumah limas ini mirip dengan rumah limas yang ditemukan di Sumatera Selatan, bedanya terletak pada tiang rumah. Rumah Limas di Rejang Lebong mempunyai tiang yang lebih tinggi dibandingkan dengan Rumah Limas di Sumatera Selatan.

Sayangnya rumah limas dan rumah tradisional lain di Rejang Lebong, semakin lama semakin berkurang, karena kurangnya perhatian Pemda Rejang Lebong dalam melestarikannya, padahal kalau kita lihat, rumah dinas bupati Rejang Lebong juga berbentuk atap limas.


0 komentar:

Posting Komentar